I Am

Denyut Gerakan Literasi SDN Sukamulya



Orang-orang yang berpengaruh di dunia adalah mereka yang senang membaca, mengisi pikiran dengan berbagai rujukan untuk kemudian diolah menjadi sebuah rumusan dan gagasan dahsyat untuk membangun peradaban. Today is A Reader, Tomorrow is A Leader. – Bung karno.
Literasi yang lima tahun kebelakang ini menjadi sebuah  kata popular terutama di dunia pendidikan. Hal ini memang beralasan khususnya karena peringkat Negara Indonesia pada bidang literasi sangat mengkhawatirkan. Ini bisa dilihat dari penelitian OECD (Organization of Economic Cooperation Development) bahwa budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur. Rendahnya budaya baca tersebut  menyebar secara merata di semua segmen masyarakat. Pada tahun 2016 berdasarkan penelitian PISA (Programme for International Student Assesement) dalam hal  siswa Indonesia untuk kecepatan membaca, menyimak bacaan, bernalar menerjemahkan isi bacaan dengan benar juga sangat rendah sehingga berada pada peringkat ke-60 dari 61 negara.
Tentu saja hal ini jika dibiarkan tanpa ada usaha untuk memperbaiki bisa dibayangkan masa dengan bangsa ini. Namun bukan saatnya kita mencari siapa yang salah?dimana yang salah?mengapa ini terjadi? Saat ini daripada mencari alas an lebih baik kita bergerak dari mulai hal-hal  sederhana, di lingkungan terdekat dan mulai dari sekarang. Selain di keluarga sebagai pendidikan yang pertama, hal lain yang bisa kita terapkan dalam mewujudkan masyarakat literat adalah lingkungan sekolah sebagai tempat formal berlangsungnya kegiatan pendidikan.
Olehkarena itu, untuk segera mencari jalan dari ketertinggalan Indonesia dalam berliterasi, lewat kebijakannya pemerintah Indonesia segera mengeluarkan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, mengisyaratkan pengembangan dan pembelajaran, khususnya potensi unik dan utuh setiap anak melalui kegiatan wajib pembiasaan membaca buku  non-pelajaran setiap hari. Melalui Gerakan Literasi Sekolah dengan tahapan; pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran, diharapkan dapat menumbuhkan budaya baca di sekolah sebagai lingkungan kedua peserta didik setelah rumah.
Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis. Literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003). Oleh sebab itu, gerakan literasi sekolah dapat menjadikan lingkungan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat dengan pelibatan publik. Hal ini selaras dengan Permendikbud 28 tahun 2016 tentang Kemampuan dalam Mengakses, Memahami, dan Menggunakan Informasi secara cerdas
Menindaklanjuti program pemerintah melalui gerakan literasi sekolah, Provinsi Jawa Barat mengembangkannya melalui program West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC) sejak 2013. Kegiatan ini dilaksanakan secara mandiri di sejumlah sekolah yang merupakan implementasi hasil pelatihan guru-guru di Australia Selatan sejak tahun 2012. WJLRC merupakan tantangan membaca yang ditujukan bagi para guru dan siswa di sekolah dari para pemimpin di Jawa Barat baik kepala sekolah, lurah, camat, bupati, walikota, dan gubernur.
Pelaksanaan WJLRC membentuk kelompok siswa untuk melakukan aktivitas membaca, menulis dan diskusi buku secara terprogram yang kemudian dokumentasi dan karya siswa dilaporkan pada website literasi.jabarprov.go.id, di luar jam pelajaran dengan bimbingan guru penggerak dan atau perintis. Para siswa dalam kelompok tersebut ditantang untuk membaca minimal 24 buku dalam waktu 10 bulan. Bagi sekolah yang dapat menuntaskan tantangan ini mendapatkan penghargaan berupa piagam, medali atau bentuk lain dari pemimpin yang memberikan tantangan tersebut.
West Java Leader’s Reading Challenge merupakan bentuk dukungan dan penguatan implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Jawa Barat. GLS dilaksanakan oleh seluruh sekolah di Indonesia melalui pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Sedang program WJLRC dilaksanakan oleh 600 SD dan 700 SMP Provinsi Jawa Barat. Untuk tahun 2016, Tim pendamping literasi tingkat provinsi terdiri dari  fasilitator GLS dan WJLRC, 300 orang Penggerak Literasi Sekolah serta 2.600 orang yang terdiri dari Kepala Sekolah Penggerak dan Guru Perintis berkolaborasi dalam rangka menyukseskan program ini.
Di kota Tasikmalaya sendiri,  Dinas Pendidikan telah menunjuk 8 orang Guru penggerak dalam GLS. Mereka dilatih oleh fasilitator yang telah berpengalaman dalam membudayakan Literasi terutama di instansi mereka bekerja. Setelah itu, diteruskan dengan pelatihan Kepala Sekolah dan Guru Perintis dari 10 SD dan 8 SMP dalam mengembangkan program GLS-WJLRC untuk sekolah-sekolah yang ditunjuk. Alasan pemilihan sekolah perintis ini berdasarkan kriteria Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya dilihat dari komptensi guru dalam berliterasi, fasilitas perpustakaan yang ada serta komitmen kuat sekolah perintis tersebut untuk menyukseskan GLS-WJLRC.
SDN Sukamulya sebagai salahsatu sekolah perintis GLS-WJLRC di Kota Tasikmlaya, segera membentuk kepengurusan dalam mengikuti kegiatan ini. Kepala Sekolah segera berkoordinir dengan Guru penggerak serta Guru Perintis untuk membentuk kelompok-kelompok membaca di tiap kelas. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan mengadakan sosialisasi pihak sekolah dengan orang tua murid. Hasil sosialisasi menunjukkan dukungan penuh orang tua untuk mengikutsertakan anak-anaknya dalam program GLS-WJLRC ini.
Anak-anak yang telah direkrut mengikuti program GLS-WJLRC harus mendapat persetujuan orang tua, hal ini penting sekali karena orang tua wajib mendukung serta memfasilitasi dan mengawasi anak-anaknya membaca buku terutama di rumah. Dukungan orang tua dituangkan dengan surat persetujuan bahwa anaknya berhak mengikuti tantangan membaca ini. Jumlah anak-anak yang diikutsertakan dalam GLS-WJLRC ini berjumlah 20 orang dengan 3 orang guru perintis termasuk Kepala Sekolah.
Deskripsi Kegiatan Tantangan Membaca West Java Leader’s Reading Challenge di SDN Sukamulya  adalah sebagai berikut:
      Membentuk komunitas siswa membaca di luar jam pelajaran secara berkelompok dengan bimbingan guru (1 kelompok 5 orang, setiap guru membimbing 1 atau 2 kelompok).
      Peserta adalah siswa kelas IV s.d. Kelas VI. Keikutsertaan dalam komunitas dilakukan dengan sukarela disertai persetujuan orang tua (pernyataan tertulis)
Kegiatan rutin bulanan:
      membaca buku yang sudah divalidasi serta menulis reviu dalam  bentuk Y-chart, Ishikawa Fishbone, AIH, infografis dll (minggu I-II)
      Presentasi dan diskusi buku dalam kelompok (minggu III)
      Guru mengirim portofolio siswa ke website WJLRC (minggu IV)
      Target membaca setiap siswa 24 buku dalam 10 bulan.
      Menyelenggarakan readathon (membaca 42 menit) secara periodik, melibatkan siswa lebih banyak (massal) Guru dan tenaga kependidikan bahkan dengan orang tua dan pedagang sekitar sekolah. Untuk readathon di SDN Sukamulya dilaksanakan di hari Sabtu  pertama setiap bulannya.
Selain hal-hal diatas dalam mendukung suksesnya program GLS pihak sekolah
melakukan peningkatan dalam berbagai hal sebagai berikut :
·         Mengadakan banner untuk pohon Geulis (Gerakan untuk Literasi Sekolah) di tiap kelas, dan kelompok baca.
·         Menambah koleksi buku perpustakaan
·         Membuat poster,spanduk ajakan untuk gemar membaca.
·         Membuat majalah dinding setiap dua minggu sekali
·         Menambah pojok-pojok baca di sekitar sekolah.
·         Membentuk komunitas ekstrakuler literasi “Masagi” yang rutin mengadakan diskusi buku, pelatihan menulis sharing antar anggota/ siswa dalam kepenulisan anak dll.
·         Memberikan reward kepada siswa yang telah memenuhi target dan tantangan yang diberikan oleh guru pembimbing untuk memotivasi mereka.
·         Kerjasama dengan komunitas baca sekolah lainnya seperti Rumpaka Percisa
·         Mengadakan kegiatan literasi dalam rangka memperingati hari buku (Masagi Reading Challenge) serta hari Puisi nasional (Lomba Cipta Baca Puisi) dsb.
·         Mengikuti event-event berbau literasi (festival literasi baik tingkat provinsi maupun kota) dan pelatihan kepenulisan bagi guru.
·         Mengadakan kunjungan ke Taman Bacaan Masyarakat terdekat seperti TBM Rumi dan mengadakan kerjasama seperti pertukaran buku dan membaca bersama di TBM tersebut.
·         Mengumpulkan karya siswa dan guru seperti artikel, puisi, cerpen,komik strip dalam bentuk buku ber-ISBN.
·         dll.

Dalam mewujudkan sekolah yang warganya literat tentu bukan hal yang mudah.
Pembiasaan-pembiasaan yang terdapat pada program GLS SDN Sukamulya tentu saja mengalami beberapa hambatan misalnya :
·         semangat guru maupun siswa yang naik turun terutama dalam membaca, menulis dan berkarya.
·         Kegiatan rutin membaca dan mereviu terbentur dengan berbagai persiapan perlombaan baik dalam bidang akademik,  bahasa,olahraga seni dan sastra, dll.

Hasil rekapan terakhir SDN Sukamulya dalam GLS-WJLRC seperti dikutip dari web literasi.jabarprov.go.id selama Bulan September 2016 s.d Juni 2017
Jumlah Siswa
Jumlah Review Siswa
Jumlah Review PTK
Jumlah Lap. Kegiatan Readathon
Jumlah Karya Anak

20

475

13

6

18
Walaupun dalam akhir tantangan, SDN Sukamulya tidak 100% siswanya lulus tantangan GLS-WJLRC setidaknya atmosfer semangat dalam  mewujudkan sekolah literat mulai terbentuk. Bahwasanya puncak dari literasi adalah tindakan yang berbuah karya. Maka peningkatan SDN Sukamulya dengan adanya GLS  ini terlihat dari beberapa pencapaian sebagai berikut :
1.      Wawancara dengan beberapa orang tua khususnya siswa yang ikut ekstrakurikuler literasi bahwa di rumah mereka lebih banyak mengisi kegiatan luangnya dengan hal positif seperti membaca.
2.      Kemampuan mereka dalam menganalisa bacaan semakin meningkat terutama dalam pembelajaran bahasa. Ini terlihat dari grafik nilai siswa dalam mata pelajaran bahasa semakin meningkat.
3.      Kunjungan siswa terhadap perpustakaan sekolah semakin meningkat.
4.      Kepekaan mereka bukan hanya dalam hal membaca namun pembiasaan baik seperti menjaga lingkungan cukup meningkat ini dibuktikan dengan terpilihnya SDN Sukamulya menjadi sekolah adiwiyata tingkat Provinsi. Sehingga konsep sekolah “Literasi Alam” melekat padaSDN Sukamulya.
5.      Dimuatnya beberapa artikel guru baik pada media cetak maupun online.
6.      Aktifnya beberapa GTK dalam forum kepenulisan.
7.      Diraihnya beberapa penghargaan kepada SDN Sukamulya buah dari literasi baik siswa maupun guru seperti:
a)      Juara II Lomba cipta baca puisi tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2017  a.n Nurfadilah.
b)      Juara II dan III resume Koran pada Festival literasi dan Launching Gerakan Literasi tahun 2017  di Kota Tasikmalaya a.n Salma dan Faujan.
c)      Juara III Komik Strip pada Festival literasi dan Launching Gerakan Literasi tahun 2017  di Kota Tasikmalaya a.n Chevi Nurcholis
d)     Juara II lomba cipta puisi Tk. Kecamatan Bungursari pada FLS2N tahun 2017  a.n Sherina Noor Risman .
e)      Juara III lomba pidato Tk. Kecamatan Bungursari pada FLS2N tahun 2017  .
f)       Juara I lomba membaca dan menulis aksara sunda  pada ABSD tahun 2017  Tk.Kecamatan Bungursari dan harapan III Tk. Kota Tasikmalaya a.n Rayhan Fajri Akbar
g)      Penghargaan Stand Favorit pada Festival literasi dan Launching Gerakan Literasi di Kota Tasikmalaya.
h)      Pemberian hadiah sepeda dari Presiden Jokowi  atas kunjungan presiden ke Kota Tasikmalaya tahun 2017 dalam pemberian Kartu Indonesia Pintar dengan menyebutkan nama provinsi beserta ibu kotanya a.n Feri siswa kelas II.
i)        Juara I Olimpiade Guru Nasional Tahun 2016 Tk. Kota Tasikmalaya a.n Ema Astri Muliasari S.Pd.
j)        Peserta Seminar Nasional 2 dari Kesharlindung a.n Irvan Kristivan M.Pd.
k)      Terpilihnya dua orang guru menjadi penulis buku “Sahabat Inspirasi” teribitan Sinar Gamedia dalam rangka lomba menulis kisah Inspiratif.
l)        Masuknya dua orang guru menjadi anggota jurnalisme guru dalam kabarsekolah.id sebagai media online seputar berita pendidikan
m)    Peraih penghargaan sekolah adiwiyata baik tingkat kota maupun provinsi Tahun 2017.
n)      Mengadakan Pelatihan Menulis bagi guru-guru di Kota Tasikmalaya bekerjasama dengan H.U Kabar Priangan dan Forum Guru Menulis.
o)      Terbitnya buku ber-ISBN hasil karya guru dan siswa yang berjudul “Mutiara Literasi Sekolah”  Tahun 2017.

Tentunya hasil ini bukan akhir dari berliterasi namun sedidkit buah dari budaya literasi di SDN Sukamulya yang masih harus dipupuk. Semua tidak bisa terwujud tanpa adanya dukungan dari semua pihak. Hal ini berkat perwujudan kerjasama apik antara pihak sekolah, guru,siswa, orang tua murid, penggerak dan tokoh  literasi dan pemerintah.Dinas  terkait. Masih banyak PR yang harus dikerjakan dan ditingkatkan oleh semua pihak tentunya ini tugas kita bersama terutama dalam mewujudkan masyarakat literat yang senantiasa belajar sepanjang hayat serta membumikan literasi di kota Tasikmalaya yang diawali dari lingkungan terdekat.Harapannya semoga kebiasaan baik dalam literasi khususnya warga SDN Sukamulya terus berkembang dan mengakar kuat menjadi sebuah karakter untuk membangun peradaban yang lebih baik.


FOTO-FOTO KEGIATAN
Buku Kumpulan Karya Guru dan Siswa SDN Sukamulya
Mengadakan Pelatihan menulis bagi guru-guru di Kota Tasikmalaya kerjasama dengan Dinas Pendidikan, Forum Guru Menulis dan H.U Kabar Priangan
Kunjungan Tim Monev GLS-WJLRC Provinsi Jawa Barat
Kegiatan Readathon  warga SDN Sukamulya
Readathon bersama kegiatan RamadRamadhan
Pohon Geulis Tiap Kelas dan Kelompok GLS-WJLRC
Mading SDN Sukamulya
Budaya Membaca dimana pun dan kapan pun
Diskusi dan Presentasi di Minggu ke-IV
Keikutsertaan dalam Launching GLS Jawa Barat
Lomba Cipta Baca Puisi dalam Rangka Hari Puisi Nasional
Tantangan Membaca untuk warga SDN Sukamulya pada Hari Buku Nasional
Juara II Lomba Cipta Baca Puisi Tk. Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

Pemberian hadiah sepeda dari Presiden Jokowi kepada Feri Siswa Kelas 2 SDN Sukamulya

Keterangan: Telah diterbitkan di kabarsekolah.id tanggal 8 Oktober 2017 dalam https://kabarsekolah.id/gls-membuat-sdn-sukamulya-semakin-hidup/

Hey there, I'm EMA!

Bagikan artikel ini!

Komentar

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar