Berpikir Positif untuk Perubahan
Perubahan
adalah aturan hidup yang melekat pada semesta yang diciptakan Allah SWT.
Disadari atau tidak, jika seseorang diam dan tidak berbuat apa pun, dia tidak
akan mengalami dinamika kehidupan. Tidak ada yang mutlak di dunia ini, apa pun
makhluknya harus beradaptasi dengan semesta yang diciptakanNya. “Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’ad ayat 11).
Perubahan hadir karena sebuah
usaha keras dari seseorang dengan tujuan yang sesuai dengan cara pandangnya. Begitu
juga dunia pendidikan, berbagai kebijakan, kurikulum, buku sumber dan alat
pembelajaran sering gonta-ganti. Ungkapan yang berkembang di masyarakat sering
terdengar, “Setiap ganti menteri, pasti ganti kebijakan dan kurikulum.” Tentu
saja hal tersebut dilakukan pemerintah demi dunia pendidikan bergerak semakin
maju. Hasil dari perubahan tersebut diharapkan dapat mencetak generasi bangsa
yang beriman, bertakwa, terampil, kreatif, mandiri, dan memiliki mental baja
dalam bersaing dengan bangsa lain. Hal tersebut dapat ditanggapi berbeda oleh setiap
orang, terutama pendidik itu sendiri.
Respon tersebut muncul tergantung
dari sudut pandang dari tenaga pendidik itu sendiri. Kenapa? Jika ingin
memahami kondisi manusia seperti yang dikatakan FX Afat Adinata dan Kevin Wu
dalam bukunya “Berubah atau Punah”, dibagi
menjadi empat kuadran atau zona.
Pertama adalah kuadran warm atau comfort zone, suatu zona yang paling nyaman karena untuk sebagian
orang merupakan capaian terbaik dengan situasi terkendali dan hasil atau
prestasi kerja sesuai yang diharapkan.
Jika terlena dalam kuadran ini, seseorang dapat tertinggal bahkan jatuh
dan masuk pada kuadran frozen. Oleh
sebab itu, perubahan akan selalu ada
selama kehidupan berlangsung. Kedua adalah kuadran frozen atau obsolete zone,
manusia telah berada pada titik semangat dan keinginan lebih baik dan tidak ada
tantangan yang dapat membuatnya berinovasi dan berkreasi. Perlu sesuatu yang dapat
membakar semangat ke arah tersebut agar berada di kuadran burnout.
Ketiga adalah kuadran burnout atau cracked zone yang terdengar seperti kebakaran, zona ini penuh
perjuangan bahkan mungkin masa sulit dalam hidup atau karier seseorang. Pada
tahap ini seseorang diuji dengan tantangan, hambatan, dan upaya keras yang belum
membuahkan hasil. Kecewa sebagai manusia merupakan hal yang wajar, tetapi tidak
ada perjuangan yang sia-sia. Hal tersebut diperlukan untuk melatih serta
memperbaiki kesalahan dan kekurangan demi memperoleh tujuan sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini terbukti dengan banyak penemuan dan orang-orang terkenal di dunia yang lahir
dari ratusan hingga ribuan kegagalan yang kemudian keberhasilannya bermanfaat
untuk umat manusia. Setelah berhasil melewati zona burnout ini, akan masuk pada zona achiever atau on fire.
Api digambarkan sebagai hal yang panas dan menggebu-gebu. Zona ini diisi oleh
mereka yang berusaha untuk mencapai cita-cita dan target sesuai yang
diharapkan. Inilah pencapaian terbaik setiap individu atau instansi maupun
perusahaan-perusahaan. Kerja keras dapat menghasilkan harapan yang terwujud
bahkan melebihi harapannya.
Perubahan dalam dunia pendidikan
dengan kebijakan yang dibuat para pemangku kebijakan harus ditanggapi dengan
sikap positif. Pemikiran tentang kebijakan yang telah diberlakukan tentu
melalui riset dan pengujian matang untuk arah pendidikan yang lebih baik. Setiap
orang berhak menentukan jalannya masing-masing, berada pada posisi nyaman, berkarya,
dan berinovasi adalah pilihan. Namun, jika perubahan lebih baik dapat
diusahakan, jangan pernah merasa puas dengan sebuah pencapaian. Jangan takut
berubah! Terus berjalan meski kemungkinan akan kehilangan sesuatu, tetapi
hal-hal lebih baik akan menghampiri dari arah yang tidak terduga.
Keren... Asik.... Kedah sering baca blog ieu yeuh...
BalasHapusBelajar ya
Belajar yes
Haturnuhun
Semangat yes...
BalasHapus