MENGUATKAN KEMBALI
PERAN KELUARGA
Sekarang
ini hampir setiap tempat banyak kita jumpai kumpulan anak-anak muda. Mereka
berkumpul biasanya sekedar nongkrong bersama teman-temannya untuk bersenda
gurau, bermain musik atau mengobrol biasa. Selama kegiatan itu positif, tidak
menimbulkan keresahan di masyarakat hal itu lumrah. Mereka mungkin ingin
melepas penat dengan mencari udara segar bersama teman-teman sebayanya.
Remaja
yang mencari kenyamanan dengan berada di luar rumah tetap harus sepengetahuan
orang tua. Karena seperti kita ketahui di luar rumah lebih banyak godaan untuk
mereka terutama pengaruh lingkungan yang negatif. Walaupun di dalam rumah tidak
menutup kemungkinan godaan selalu ada, salahsatunya bebasnya akses internet
yang bisa mereka akses dimanapun tanpa disaring mana yang bermanfaat atau
bahkan merusak.
Namun
apakah tidak ada cara lain untuk meminimalisir hal tersebut? Apakah ada hal
yang lebih bermanfaat daripada sekedar “nongkrong? Jawabannya tentu saja ada
yaitu di rumah bersama keluarganya. Keluarga merupakan lingkungan sosial
terpenting karena keluargalah yang pertama membentuk karakter dan perkembangan
mereka. Maka saat ada yang ingin merubah keadaan negara ini untuk lebih baik,
maka mulailah dari hal kecil, dari lingkungan terkecil yaitu keluarganya
sendiri.
Kalau
di keluarganya, anak-anak terutama remaja sudah mendapatkan kenyamanan dan kehangatan
sebuah keluarga harmonis kiranya mereka tidak akan mencari di luar. Sebaliknya
ketika suasana rumah sudah tidak nyaman terutama secara psikis, bagaimana
mereka akan betah dan rindu untuk pulang ke rumahnya kecuali kalau ada
keperluan saja? Dalam ini semua anggota keluarga sangat berperan dalam
menciptakan suasana yang kondusif terutama peran seorang Ibu sebagai pendidik
yang utama dan pertama walau peran Bapak tidak bisa diabaikan. Pendidikan dalam
keluarga disini meliputi, pendidikan iman, moral, fisik, intelektual,
psikologis dan sosial.
Bahkan di Jepang sebagai negara termaju di Asia ada
namanya “kyoiku mama” (ibu pendidikan) para ibu-ibu di Jepang rata-rata tidak
bekerja, tapi hanya mendidik dan mengurusi anak-anak mereka. Mereka rata-rata
lulusan sekolah tinggi bukan untuk berkarier tapi “mendidik anak” itulah karier
mereka yang tertinggi. Dan kyoiku mama ini mendukung kemajuan ekonomi Jepang.
Selain kyoiku mama, Jepang juga menerapkan kembali slogan jaman restorasi meiji
“Ryousai kenbo”. Ryousai artinya istri yang baik dan kenbo artinya ibu yang
bijaksana. Intinya menyerukan bahwa wanita mempunyai peran terhormat sebagai
istri yang baik dan bijaksana.
Peran
ini kembali digalakkan karena kasus kekerasan remaja dan bunuh diri di Jepang
pada usia muda terus bertambah hal ini terutama diakibatkan tidak terpenuhinya
kualitas hubungan ibu dan anak yang menunjang pertumbuhan emosi anak sebagai dampak
banyaknya wanita yang memilih menjadi wanita karier dan melupakan kodratnya
sebagai seorang Ibu atau istri.
Program
negara Jepang ini setidaknya bisa kita tiru karena bisa mendatangkan manfaat
buat kelangsungan bangsa ini. Wanita berkarier boleh saja selama keluarga tetap
terurus karena kemajuan negara sangat ditopang oleh kualitas ibu-ibu rumah
tangganya sebagai pembentuk kualitas karakteristik anak mereka. Dalam sebuah
hadist Rasulullah menyatakan bahwa “ Wanita adalah tiangnya negara” artinya
apabila wanitanya baik maka negara akan baik dan apabila wanita rusak maka
rusak pula negara itu. Jadi, marilah bersama-sama kita benahi kondisi yang
terlanjur rusak di negara mulai dari lingkungan keluarga. Seperti kata seorang
pakar parenting Ayah Edy “ Indonesia strong from home” dan walikota Bandung,
Bapak Ridwan Kamil berkata bahwa keluarga adalah tempat kita berlabuh dan
sebagai pondasi peradaban. Dengan menciptakan keharmonisan, kedekatan dan komunikasi antar anggota keluarga
mudah-mudahan kita bisa mewujudkan Indonesia yang kuat.
Ket: Telah dimuat di Surat Kabar Priangan edisi 2 Juni 2016
|
Oleh
: Ema Astri M, S.Pd
Guru SD Negeri
Sukamulya
Kota
Tasikmalaya
|
0 komentar:
Posting Komentar