(Pengalaman mengikuti Seminar Nasional pada Hari Guru Nasional Nasional 2017)
Sempat merasa menyerah
untuk berhenti menulis setelah beberapa kali mengikuti lomba kepenulisan selalu
saja mengalami kegagalan, puncaknya saat mengirimkan abstrak untuk seminar 2
ternyata saya tidak lolos. Padahal sebelumnya tulisan-tulisan saya selalu menghiasi
kolom pendidikan di surat kabar cetak maupun online dan karya yang telah
dibukukan bersama. Namun ketika mengikuti beberapa lomba kepenulisan masih saja
belum bisa membuahkan hasil. Satu
pelajaran yang saya dapatkan bahwa “diatas langit masih ada langit” kita jangan
puas dengan hal yang telah diperoleh karena masih banyak yang harus kita
pelajari dan orang lain sudah jauh berkarya dibanding kita. Intinya jangan
pernah berhenti belajar dan seperti ilmu padi semakin berisi semakin merunduk,
tak ada yang pamtas kita sombongkan di dunia ini.
Setelah lumayan vakum
dalam dunia kepenulisan, harapan mulai muncul setelah diumumkannya peserta yang
lolos seleksi untuk mengikuti seminar 3 dalam rangka Hari Guru Nasional.
Harapan yang sudah pupus seakan kembali hidup namun cukup menimbulkan
kebingungan. Bingung harus dimulai darimana dan apa saja yang akang dituangkan
dalam isi makalah dengan waktu yang diberikan panitia kurang dari 1 minggu
saja.
Dengan berbekal
semangat akhirnya siang malam di tengah persiapan pernikahan adik yang
tanggalnya bertepatan dengan puncak Hari Guru Nasional saya mulai mengerjakan
makalah. Kerangka makalah yang telah disusun sebelumnya sebagai bahan kalau
terpanggil di Seminar Nasional 2 mulai dikerjakan dengan mengolah data yang
ada. Kesibukan persiapan pernikahan adik di rumah menambah beban ingatan belum
lagi anak-anak dan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pengerjaan makalah
yang hampir saja terbengkalai akhirnya sedikit demi sedikit mulai dilakukan
walau harus mencuri waktu di tengah kesibukan dan peran di rumah sebagai Ibu
Rumah Tangga dengan dua anak masih usia balita.
Pertolongan Allah pun
datang lewat beberapa teman yang dengan kerelaan hati bersedia membantu
kebingungan saya. Berbekal pengalaman di Seminar Nasional 1 dan 2, mereka tidak
segan membagi ilmu dan pengalamannya. Akhirnya makalah yang berjudul “Membangun
Generesi Literat melalui Sinergi Pendidikan Sekolah dan Masyarakat” berhasil
diselesaikan dalam waktu 4 hari karena deadline yang diberikan panitia dari
sejak pengumuman sampai batas akhir memang singkat. File makalah berhasil
dikirim pada pukul 23.00 benar-benar pada menit terakhir pengiriman.
Ternyata hal itu belum
berkahir karena peserta terpanggil pun masih harus menyetorkan bahan presentasi
dalam bentuk powerpoint dan membuat poster terkait isi makalah.lagi-lagi semua
mesti dikerjakan segera mungkin karena dalam undangan, pelaksanaan Seminar
Nasional 3 dilangsungkan dari tanggal 23 s.d 26 November 2016 di Jakarta .
Bersama dua orang guru
dari Kota Tasikmalaya yaitu Bapak Alam Bahtiar dan Bapak Resha Hadisucipto,
kami memutuskan naik pesawat terbang ke Jakarta karena selain lebih cepat, itu
juga sebagai bukti dukungan kami dengan adanya bandara yang baru beroperasi di
kota kami. Jadwal penerbangan yang direncanakan pukul 11.35 WIB ternyata
mengalami delay sampai 5 jam dan kami pun harus menunggu di bandara. Walau
dipastikan kami akan telat mengikuti pembukaan yang direncanakan pukul 14.00
WIB, kami berusaha tenang dan segera berkoordinasi dengan pihak panitia.
Alhamdulillah panitia memberikan kesempatan dan kebetulan pembukaan pun diundur
menjadi pukul 19.00.
Akhirnya pukul 17.00
pesawat baru berangkat dari kota Tasikmalaya dan sampai dengan selamat pada
pukul 17.45 di bandara Halim Perdana Kusuma. Perjuangan untuk sampai di Hotel
Ambhara tempat berlangsungnya Semnas 3 ternyata belum juga mulus. Ibu kota
Indonesia ini memang terkenal dengan kemcacetannya. Oleh karena itu, pukul
19.45 WIB kami baru sampai di Hotel Ambhara dan segera mengikuti pembukaan
Semnas 3. Selesai pembukaan berdasarkan kelas, panitia menugaskan setiap ketua kelas untuk
membagi peserta menjadi pemakalah atau pemoster. Dan saya memilih untuk menjadi
pemakalah di kelas B bersama rekan sekamar yang berasal dari Semarang Ibu
Edwiga Rika Febriliyanti M,Pd. Selain ramah, bu Rika begitu saya memanggilnya
mirip sekali wajahnya dengan Mbak saya yang berada di Madiun jadi serasa
mempunyai saudara.
Hari kedua Semnas,
pagi-pagi kami harus segera presentasi bagi pemakalah dan untuk pemoster mereka
harus sudah memajang poster-poster terbaiknya di sekeliling ruangan kelas. Pak
Beja selaku Ketua Kelas B segera melakukan pengundian kepada pemakalah yang
akan tampil. Saya mendapat kesempatan tampil keempat dan otomatis berada di
Grup Pertama tampil dengan 4 pemakalah lainnya
yang tampil di depan Guru-guru hebat se-indonesia. Bagi saya ini adalah pengalaman pertama yang mengesankan dan
berharga dalam hidup saya. Dengan sedikit gugup dan dalam waktu 5 menit saya
harus mempresentasikan makalah saya, walau keteteran akhirnya berhasil juga
saya presentasi.
Makalah saya berisi
tentang pergerakan saya dalam mewujudkan masyarakat literat dengan membangun
sinergi tri komunitas pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Makalah ini juga mencakup hasil yang telah dan ingin dicapai dengan
adanya literasi serta wujud sinergitas antar tri komunitas literasi tersebut. Dengan
diakhiri pertanyaan dari tanah Papua dengan perbedaan medan dan sosio kultural
Indonesia yang seharusnya bukan menjadi hambatan untuk menyebarkan virus
literasi di lingkungan terdekat.
Pemakalah demi
pemakalah tampil satu per satu dengan sangat baik. Menurut saya semua hebat dan
menginspirasi. Setelah semua pemakalah tampil, tibalah giliran pemoster
memaparkan isi posternya masing-masing. Para pemoster tak kalah semangatnya
menanggapi setiap pertanyaan penilai (peserta pemakalah) dan semuanya menurut
saya layak berada di Seminar Nasional 3 ini dan menjadi terbaik.Kegiatan inti
di hari kedua ini juga diisi dengan penilaian dan masukkan dari para narasumber
juga penilaian dari tiap peserta untuk 3 pemakalah dan pemoster terbaik menurut
mereka masing-masing. Terakhir penyampaian pesan dan kesan perwakilan dari
peserta di kelas B. saya diberikan kesempatan pertama menyampaikan bahwa buat
saya berada di Seminar Nasional ini serasa telah mengelilingi Negara tercinta.
Betapa tidak sungguh pengalaman luar biasa berada diantara guru-guru hebat
seluruh Indonesia dengan berbagai karakter dan kekhasan daerah masing-masing
khususnya dalam dunia pendidikan. Berbeda-beda tetapi satu tujuan yaitu
meuwujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik. Selain itu yang terpenting
selain kita mendapat ilmu dan pengalaman, kita juga bisa menambah silaturahmi
dan persaudaraan.
Puncak kegiatan Seminar
Nasional 3 adalah pada Hari Guru Nasional yang dirasakan di Gedung Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI bersama 1000 Guru dan Tenaga Kependidikan seluruh
Indonesia dan Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy beserta jajarannya. Lagi-lagi
ini moment istimewa buat saya hadir di tengah-tengah warga pendidikan
Indonesia. Selain mengikuti upacara peringatan HGN, Kita juga berkesempatan
untuk mengunjungi pameran produk-produk pendidikan dan kebudayaan tentunya
dengan merchandise yang menarik dan bermanfaat. Peringatan HGN juga diisi
dengan hiburan dan pemberian penghargaan kepada pemenang simposium kepala dan
pengawas sekolah, lomba Penulisan Naskah, lomba Inovasi Pendidikan Karakter,
lomba Inovasi Pembelajaran dan Pengelolaan Satuan Pendidikan Pendidikan Anak
Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat serta tentunya pengumuman pemakalah dan
pemoster terbaik di tiap kelas pada seminar nasional 3 ini.
Saat panitia memanggil
nama saya sebagai salah satu pemakalah terbaik rasanya tidak percaya dan
tentunya bahagia sekali serta bersyukur kepada Allah SWT. Penghargaan ini bisa
saya hadiahkan untuk keluarga, sahabat, rekan guru dan seluruh guru/dosen saya
di HGN ini. Tanpa mereka saya tidak bisa seperti ini dan tentunya semua berkat
kekuasaan Allah, Dia yang memampukan saya yang belum bisa dan masih banyak
kekurangan ini. Alhamdulillah. Kita pun bersalaman dan berfoto bersama Bapak
Mendikbud.
Sebelum acara Perayaan
HGN berakhir, sebagian peserta harus ada yang sudah pulang dikarenakan jadwal
pesawat ke daerahnya, namun untuk yang belum kebagian jadwal masih bisa
menginap di Hotel. Satu sisi Semnas ini membuat saya susah move on namun satu
sisi saya ingin segera pulang karena hari terakhir di Jakarta ini bertepatan
dengan pernikahan adik saya tercinta. Jadi satu sisi bahagia dengan diraihnya
sebagai pemakalah terbaik namun sedih juga karena tidak bisa menghadiri akad
pernikahan adik di Tasikmalaya.
Dengan menyisakan
kenangan berharga saya kembali ke Tasikmalaya dengan pesawat lagi-lagi
mengalami delay walau sekitar 1 jam namun yang penting saya bisa kembali dengan
selamat dan tentunya dengan membawa oleh-oleh terindah buat semua.. Buat
teman-teman seminar nasional 3 Terima kasih atas kebersamaanya dan semuanya
terutama silaturahmi, ilmu dan sharing pengalamannya. Mudah-mudahan Tuhan
mempertemukan kita kembali dengan niat demi kemajuan pendidikan di Indonesia….
0 komentar:
Posting Komentar