I Am

Pentingnya Kecakapan Literasi Baca-Tulis Abad ke-21




Dunia sekarang telah memasuki Abad ke-21 yang  merupakan era digital dan global. Abad ke-21 ini akan dipenuhi dengan orang-orang kreatif, inovatif, produktif, hangat dalam berinteraksi sosialnya dan berperadaban tangguh. Kemampuan Abad ke-21 menuntut perubahan secara sistematis dalam dunia pendidikan untuk mempersiapkan generasi masa depan yang mampu bekerjasama dalam tim, memecahkan masalah sehari-hari, berfikir kritis, menguasai teknologi serta mampu berkomunikasi dengan efektif. Ciri Abad ke-21 menurut Kemendikbud adalah tersedianya informasi dimana saja  dan kapan saja (informasi}, adanya implementasi penggunaan mesin (komputasi}, mampu menjangkau segala pekerjaan rutin (otomatisasi) dan bisa dilakukan dari mana  saja  dan kemana saja (komunikasi).
Pada era global ini kompetisi sangat tinggi dengan perubahan yang berlangsung cepat dan tidak dapat diprediksi. Dalam menghadapi tantangan tersebut, anak cucu kita harus dibekali dengan penguatan karakter, pengetahuan dan keahlian. Ketiga hal tersebut dapat diperoleh melalui literasi. Literasi lebih dari sekedar membaca dan menulis. Literasi juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Aktivitas membaca sebagai inti dari literasi saat ini belum populer, budaya yang terputus dari para pendiri bangsa yang gemar membaca ini harus digelorakan kembali.
UNESCO menjelaskan bahwa kemampuan literasi merupakan hak setiap orang dan merupakan dasar untuk belajar sepanjang hayat. Kemampuan literasi dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat. Karena sifatnya yang "Multiple Effect" atau dapat memberikan efek untuk ranah yang sangat luas, kemampuan literasi membantu memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, pertumbuhan penduduk, dan menjamin pembangunan berkelanjutan, dan terwujudnya perdamaian Tanpa literasi baca-tulis yang baik, kehidupan kita akan menghadapi kendala. Oleh karena itu, literasi baca-tulis perlu dikenalkan, ditanamkan, dan dibiasakan kepada masyarakat Indonesia, khususnya oleh para pemangku pendidikan.
            Di abad21 ini, ada beberapa literasi dasar yang harus kita kuasai di antaranya: literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial,  serta literasi budaya dan kewargaan. Literasi baca-tulis merupakan induk dari semua literasi tersebut dan sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari.  Pada mulanya literasi baca-tulis sering dipahami sebagai melek aksara, dalam arti tidak buta huruf. Melek aksara dipahami sebagai pemahaman atas informasi yang tertuang dalam media tulis sedangkan buta huruf merupakan hambatan menuju kualitas hidup yang lebih baik.
Di tengah gencarnya arus informasi melalui pelbagai media, baik media massa cetak, audiovisual, maupun media sosial, kemampuan literasi baca-tulis tersebut sangat penting. Semua informasi yang menyerang kita itu dapat dengan mudah kita filter dengan kemampuan literasi baca-tulis yang menyeluruh, baik sebaga individu, masyaratakat, bahkan bangsa tidak akan mudah terpecah belah serta terkotak-kotakan.
Literasi baca-tulis dipahami sebagai kemampuan berkomunikasi sosial di dalam  masyarakat. Membaca adalah kunci untuk mempelajari segala ilmu pengetahuan, termasuk informasi dan petunjuk sehari-hari yang berdampak besar bagi kehidupan. Semakin banyak ragam jenis bacaan yang dibaca, dapat menjadikan kita  memahami sesuatu yang belum pernah kita ketahui. Tentu saja hal ini akan memperluas wawasan dan menambah serta membuat kita mampu menentukan pilihan terbaik dalam hidup. Berkaitan erat dengan membaca, kemampuan menulis pun penting untuk dimiliki dan dikembangkan, karena keduanya saling berkaitan. Dengan menulis, kita mampu memnyampaikan ide, gagasan dan pemikiran kita serta mengabadikan “rasa”.
Literasi baca-tulis harus ditanamkan sejak dini dari mulai lingkungan terkecil.  Pembiasaan
membaca bukan hanya tugas pendidik di sekolah, namun sudah merupakan kewajiban setiap warga masyarakat. Bagi umat Islam, perintah membaca telah diturunkan sebagai wahyu pertama yang diterima  Nabi Muhammad S .A W dan itu adalah perintah membaca.  Membaca tidak sekedar teks dengan kata-kata dan maknanya, lebih dari itu seluruh peristiwa dalam keseharian juga perlu dibaca (Abdul Rahman, 2017:106). Hal inilah yang menjadikan pentingnya membaca karena membaca mampu mengasah kepekaan atau kepedulian yang mulai runtuh di negara ini.
Literasi baca-tulis  merupakan keterampilan yang bisa dilatihkan dengan pembiasaan sejak dini. Hal ini dapat terwujud dengan adanya sinergi Tri Pusat Pendidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pertama, keluarga berperan penting dalam mewujudkan budaya baca-tulis ini pada dasarnya bisa dipupuk di setiap rumah atau keluarga. Orang tua menjadi teladan yang utama dan pertama dalam berliterasi. Misalnya dengan meluangkan waktu untuk membaca bersama, membacakan dongeng, membuat perpustakaan keluarga dan masih banyak hal menarik lainnya untuk menumbuhkan generasi literat yang dimulai dari rumah.
Kedua, sekolah sebagai sarana pendidikan formal. Oleh karena itu, sekolah dapat dijadikan tempat untuk membudayakan membaca dan menulis . Melalui Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, mengisyaratkan pengembangan dan pembelajaran, khususnya potensi unik dan utuh setiap anak melalui kegiatan wajib pembiasaan membaca buku  non-pelajaran setiap hari.
          Ketiga, masyarakat sebagai lingkungan terluas dalam membudayakan literasi. Apabila di sekolah anak telah diajarkan untuk senantiasa gemar membaca, tetapi di dalam lingkungan keluarga tidak pernah dibiasakan dengan budaya membaca bahkan dalam kehidupan masyarakat tidak ada ruang  atau fasilitas membaca, maka dalam mewujudkan generasi literat itu tidak akan berhasil. Munculnya berbagai Taman Bacaan Masyarakat dan Kampung Membaca merupakan salah satu upaya masyarakat dalam keikutsertaanya untuk meningkatkan minat baca (literat).
Budaya literasi khususnya baca-tulis di berbagai lingkungan harus diciptakan tidak hanya bersifat seremonial atau menunggu program pemerintah saja. Gerakan Literasi yang telah mulai membudaya di lingkungan sekolah, atmosfernya harus terasa dan bahkan mampu menginspirasi masyarakat untuk menjaga semangat peserta didik dalam membaca tetap menyala. Dan keluarga sebagai lingkungan terkecil masyarakat harus mampu menjaga nilai-nilai karakter literasi yang telah terbentuk. Pihak sekolah sebagai ujung tombak keberhasilan literasi ini harus mampu berkolaborasi dengan berbagai unsur masyarakat sekitar dalam mengembangkan tri komunitas literasi.
Membudayakan literasi sejak dini akan lebih efektif apabila adanya sinergi antara pendidikan sekolah dan masyarakat. Budaya literasi merupakan prasyarat yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara apabila ingin maju. Gerakan literasi yang berangkat dari sosiokultural terkecil akan mensyaratkan keterlibatan langsung para pelakunya, sehingga suasana maupun hasilnya mampu membangkitkan kesadaran, membentuk pribadi yang lebih kuat, dan lebih tepat sasaran. Sehingga harapan untuk mewujudkan generasi literat dapat terwujud dan bangsa kita bisa mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain di dunia terutama sebagai persiapan menghadapi Abad ke-21.
Dengan kemampuan literasi baca-tulis yang memadai, kita bisa meraih kemajuan dan kesuksesan . Senada dengan UNESCO yang menyatakan bahwa kemampuan literasi baca-tulis merupakan titik pusat kemajuan. Vision Paper UNESCO (2004) menegaskan bahwa kemampuan literasi baca-tulis telah menjadi prasyarat partsipasi bagi pelbagai kegiatan sosial, kultural, politis, dan ekonomis pada Abad ke-21 ini.





Hey there, I'm EMA!

Bagikan artikel ini!

Komentar

    Blogger Comment

0 komentar:

Posting Komentar